Kamis, 03 Maret 2011

Bohong atau Jujur sama saja

Sayah masuk ITB tahun 1990 dan lulus tepat waktu pada tahun 1998. Pertama wawancara kerja tahun 1999 disebuah Oil Company besar, waktu itu sayah diminta untuk menjelaskan apa sisi positip dan sisi negatip sayah oleh seorang manager HRD perusahan Minyak Angin.  Sayah langsung dengan lantang menyebutkan beberapa sisi positip sayah yaitu pintar, disiplin, pekerja keras dan loyal.  Manager HRD itu tersenyum kemudian bertanya, apa sisi negatif anda? Sayah jawab, sayah ini suka berbohong.
Seminggu kemudian sayah dapat surat penolakan kerja. Kemudian sayah merenung mungkin sayah salah menjawab ketika menerangkan sisi positip dan sisi negatip. Kalo ada wawancara lagi akan sayah akan balik cara menjawabnya.
Alhamdulillah dua minggu kemudian ada panggilan wawancara kerja, lagi-lagi dari Oil Company yang menjadi produsen Minyak Ikan. Syarat untuk bisa lolos wawancara memang agak berat karena syaratnya IPK minimal harus dua koma sembilan, tapi syarat ini bisa sayah lewati karena IPK sayah sedikit di atas itu yaitu dua koma sebelas. Awalnya si Manager HRD menganggap nilai IPK sayah terlalu kecil, tapi akhirnya sayah berhasil meyakinkan bahwa angka sebelas lebih besar dari angka sembilan sehingga IPK dua koma sebelas tentu lebih besar dari IPK dua koma sembilan.
Dalam proses wawancara dengan HRD ternyata ditanya dengan pertanyaan yang hampir sama yaitu harus menjelaskan sisi negatif dan sisi positip sayah. Karena mendapat pelajaran dari kegagalan sebelumnya maka sayah jawab: "sisi negatif sayah ini adalah bodoh, sembarangan, pemalas dan tidak loyal".
Mendengar jawaban itu sang manager HRD geleng-geleng kepala, terus bertanya lagi apa sisi positip anda? Sayah jawab dengan mantap, "sayah ini orangnya sangat jujur".
Seminggu kemudian dapat surat penolakan lagi. Kembali sayah merenung, apa yg salah dari proses dua kali wawancara tersebut jadi orang bohong maupun jadi orang jujur ternyata samimawon ditolak kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar